PENGARUH PENAMBAHAN FOLLICLE STIMULATING HORMONE PADA MEDIUM MATURASI TERHADAP KEMAMPUAN MATURASI OOSIT KAMBING LOKAL IN VITRO

Main Article Content

Yanuar Achadri Diah Tri Widayati Sigit Bintara

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) pada medium maturasi terhadap kemampuan maturasi oosit kambing lokal in vitro. Ovarium diambil dari rumah potong hewan dan dibawa ke laboratorium dalam larutan NaCl sebagai medium transport ovarium yang mengandung antibiotik pada suhu 31-34ºC. Oosit diaspirasi menggunakan syringe 3 ml dan jarum 23G yang telah diisi 1 ml flushing medium. Pengamatan oosit dilakukan di bawah mikroskop stereo. Oosit dicuci 2 kali pada Dubelco’s Phosphat Basa Saline (DPBS) dan dicuci sekali di Tissue Culture Medium (TCM) kemudian dimasukkan ke dalam incubator CO2 pada suhu 39.5ºC, kelembaban 95%, dan kadar CO2 5% selama 24 jam. Oosit dibedakan dalam tiga kelompok berdasarkan penambahan FSH (0 IU/mL, 50 IU/mL, dan 100 IU/mL. Data kemampuan maturasi in vitro dianalisis menggunakan oneway ANOVA dengan oosit mature, rusak, dan tidak mature sebagai faktor-faktor utama. Persentase mature oosit dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan immature mempunyai sel kumulus yang rapat mengelilingi zona pellucida, dan sedikit vesikel dalam ooplasma, sedangkan pada oosit yang mature tampak ekspansi sel-sel kumulus yang merenggang dan mengelilingi oosit. Persentase oosit mature berturut-turut adalah 73.33±6.29%, 74.35±5.73%, 64.72±6,58%, untuk masing-masing penambahan dosis FSH 100 IU/mL, 50 IU/mL, dan 0 IU/mL. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan FSH pada medium tidak memberikan pengaruh terhadap kemampuan maturasi oosit kambing lokal in vitro.

Article Details

How to Cite
Sigit Bintara, Y. A. D. T. W. (2018). PENGARUH PENAMBAHAN FOLLICLE STIMULATING HORMONE PADA MEDIUM MATURASI TERHADAP KEMAMPUAN MATURASI OOSIT KAMBING LOKAL IN VITRO. Jurnal Agronomika, 12(02), 147–152. Retrieved from https://journal.uniba.ac.id/index.php/AGR/article/view/97
Section
Artikel

References

Boediono, A., Yulnawati, & Setiadi, M. A. (2006). Tingkat pematangan inti oosit domba dari ovarium dengan status reproduksi dan medium maturasi yang berbeda. Hayati 13 (4), 131-136. Bearden, H. J & Fuquay, J. W. (1997). Applied Animal Reproduction. Virginia: Reston Publishing Company, Inc

Gall, L., Boulesteix, C., Ruffini, D., and Germain. (2005). EGF-induced EGF-receptor and MAP kinase phosphorylation in goat cumulus cells during in vitro maturation. Mol. Reprod. Dev. 71, 489-494. Gordon, I. (1994). Laboratory Production of Cattle Embrio. UK: CAB International. Herdis. (2000). Pemanfaatan ovarium sebagai limbah rumah potong hewan untuk meningkatkan produksi ternak melalui teknologi fertilisasi in vitro. Jurnal Saintek Indonesia 2(2). Hozumi, T. (2001). Reproductive Biology and Biotechnology. Indonesia: Japan International Cooperation Agency. Kumalawati, D. S. (2008). Pengaruh ukuran folikel dan waktu inkubasi oosit domba terhadap kemampuan maturasi in vitro. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

Magalhaes, D. M., Araujo, V. R., & Matos, M. H. T. (2009). Impact of pituitary FSH purification on in vitro early folliculogenesis in goats. Biocell 33(2), 91-97. Rahman, A. N. M. A., Abdullah, R. B., & WanKhadijah, W. E. (2008). In vitro maturation of oocytes with special reference to goat: A Review. Biotechnology 7(4), 599-611. Turner, C. D. & Bagnara, J.T. (1988). General Endocrinology. Saunder Company Dalam Harsojo. Endokrinologi Umum. Surabaya: Airlangga University Press. Widayati, D. T. (1999). Pengaruh penambahan sel-sel kumulus pada media terhadap kemampuan maturasi oosit, fertilisasi dan perkembangan embrio Sapi Peranakan Ongole in Vitro. Thesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada